Rabu, 05 April 2023

BAHASA HINDI PEMULA BAGIAN 1


Namaste :
Hai
Shubh Prabhaat : Selamat Pagi
Shubh Dopahar : Selamat Siang
Shubh Raatri : Selamat Malam
Svaagat : Selamat datang
Maaf Keejiyega : Permisi
Krpaya : Silakan
Maaf Karna : Maafkan aku
Madad ; Bantu / Tolong
Sukriya / Dhanyavaad : Terima kasih
Aapaka svaagat hai : Sama sama
Alavida : Selamat tinggal / Bye
Jald hee phir milenge : Sampai jumpa lagi
Haan : Ya
Nahin / Na : Tidak
Thoda bahut : Sedikit
Thoda Aur : Sedikit lagi
Bas thoda sa : Hanya sedikit
Shaayad : Mungkin
Main nahin Jaanata / Mujhe nahin pata : Saya tidak tahu
Koee baat nahin : Tidak masalah
Kya aap mujhe samajh sakate hain : Bisakah kamu mengerti saya
Main samajh sakata/sakatee hoon :
Saya bisa mengerti
Main samajh nahin : saya tidak mengerti
Bas ek pal : Hanya satu detik
Ek Minut : Satu menit
Ruko : Tunggu

KALIMAT TANYA
Kya : Apa
Kyon / kyu : Mengapa / Kenapa
Kaun : Siapa
Kab : Kapan
Kaise ; Bagaimana
Kahaan : Dimana
Kitane  : Berapa banyak
Kitana : Berapa

ANGKA / BILANGAN
Shoony : Nol
Ek : Satu
Do : Dua
Teen : Tiga
Chaar : Empat
Paanch : Lima
Chhah : Enam
Saat : Tujuh
Aath : Delapan
Nau : Sembilan
Das : Sepuluh
Gyaraah : Sebelah
Baarah : Dua belas
Terah : Tiga belas
Chaudah : Empat belas
Pandreh : Lima belas
Solah : Enam belas
Satreh : Tujuh belas
Atthaarah : Delapan belas
Unees : Sembilan belas
Bees : Dua puluh
Ikees : Dua puluh satu
Baees : Dua puluh dua
Teees : Dua puluh tiga
Chaubees : Dua puluh empat
Pachchees : Dua puluh lima
Chhabbees : Dua puluh enam
Sattaees : Dua puluh tujuh
Atthais : Dua puluh delapan
Unatees : Dua puluh sembilan
Tees : Tiga puluh
Chaalees : Empat puluh
Pachaas : Lima puluh
Saath : Enam puluh
Sattar : Tujuh puluh
Assee : Delapan puluh
Nabee : Sembilan puluh
Ek sau : Seratus
Ek sau pandrah : Seratus lima belas
Paanch sau : Lima ratus
Ek Hazaar : Seribu
Paanch Hazaar : Lima ribu
Das Hazaar : Sepuluh ribu
Ek Laakh : Seratus ribu
Das Laakh : Satu juta
Ek Das Laakh : Seratus juta
Ek Arab : Satu Miliar

BILANGAN BERTINGKAT
Pahala : Pertama
Doosara : Kedua
Teesara : Ketiga
Chautha : Keempat
Paanchava : Kelima
Chhatha : Keenam
Saatavaan : Ketujuh
Aathavaan : Kedelapan
Nauvaan : Kesembilan
Dasavaan : Kesepuluh

WARNA
Ye kaunasa rang hai : Warna apa ini ?
Aapka pasandeeda rang kaunasa hai ? : Apa warna kesukaan mu ?
Kaala : Hitam
Safed : Putih
Laal : Merah
Neela : Biru
Hara : Hijau
Peela : Kuning
Gulaabee : Merah muda
Santara : Jingga
Sletee : Abu abu
Bhoora : Cokelat
Bainganee : Ungu
Gahara Neela : Biru laut
Firoza : Toska
Bej : Krem
Svarn : Keemasan
Chaandee : Perak

KELUARGA
Maata : Ibu
Pita : Ayah
Bhiya : Saudara Laki laki
Bahan : Saudara Perempuan
Beta : Anak Laki Laki
Betee : Anak Perempuan
Chaacha : Paman
Chaachee : Bibi / Tante
Chachera Bhaee : Sepupu
Bhateejee : Keponakan Perempuan
Bhaanja : Keponakan Laki Laki
Daada : Kakek
Daadee Ma : Nenek
Pota : Cucu
Potee : Cucu Perempuan

Hari
Somavaar : Senin
Mangalavaar : Selasa
Budhavaar : Rabu
Guroovaar : Kamis
Shukravaar : Jumat
Shanivaar : Sabtu
Ravivaar : Minggu
Kam karne ke din : Hari hari kerja
Saptaahaant : Akhir Pekan
Aaj kaun sa din hai : Hari ini, hari apa ?
Aaj kee taareekh kya hai : Hari ini tanggal berapa ?

Bulan
Janavaree : Januari
Pharavaree : Februari
Maarch : Maret
Aprail : April
Maee : Mei
Joon : Juni
Julaee : Juli
Agast : Agustus
Sitambar : September
Aktoobar : Oktober
Navambar : November
Disambar : Desember

Sabtu, 09 April 2022

YANG HAMPIR TERLUPAKAN, TIMOTIUS HINDOM PERAIH KALPATARU TAHUN 2009

 

Foto kenangan 13 tahun lalu ketika Timotius hindom meraih Penghargaan Kalpataru dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. (Foto ist)

FAKFAK BARAT - Mungkin tak banyak orang yang mengenal sosok Timotius Hindom, warga Kampung Wurkendik, Fakfak Barat yang meraih penghargaan Kalpataru tahun 2009 dalam kategori perintis lingkungan.

Peraih Penghargaan tertinggi bidang lingkungan hidup yang diserahkan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dalam memperingati Hari Lingkungan Hidup sedunia pada 5 Juni 2009 itu, merupakan pemotivasi warga dalam menyelamatkan lahan seluas 800 ha dengan tanaman pala.

Sosok Timotius Hindom yang hidup sederhana ini, secara konsisten selama 20 tahun, membangun 50 hektar wanatani dengan tumbuhan pala. Dalam setahun Timotius menanam 1000 pohon pala.

Upayanya tak sia-sia. Warga yang semula  skeptis, akhirnya meniru langkahnya dan menjadikan kampungnya sebagai hutan pala yang bermanfaat baik secara lingkungan maupun ekonomi. Dan tentu saja hal ini membuat lahan kritis di Kampung Wurkendik, menghijau.

Dari 5 orang pemenang yang mendapatkan penghargaan Kalpataru Kategori Perintis Lingkungan, Timotius Hindom berada pada urutan pertama dan  membawa harum nama Kampung Wurkendik, Distrik Fakfak Barat, Kabupaten Fakfak, Papua Barat.

Dalam wawancaranya, Minggu, 20 Maret 2022, Timotius Hindom berharap, pemuda saat ini menjaga lingkungan hidup.

“Saya berharap, dengan saya memenangkan penghargaan ini, bisa menjadi motivasi untuk warga & pemuda di Kabupaten Fakfak, dalam meningkatkan pertanian dan menjaga lingkungan hidup. Jika lahan tidak ditanami lagi, maka yang akan menjadi korban adalah anak dan cucu kita ke depannya,” pungkasnya. ***

Rabu, 01 Juli 2020

JEJAK SEJARAH PENINGGALAN PERANG HONGI, FAKFAK PAPUA BARAT

Nama Fakfak memang masih sangat asing dan kurang akrab bagi banyak orang. Jika dilihat dari peta Pulau Papua, posisi Kabupaten Fakfak berada tepat di kawasan Kepala Burung Papua, bagian selatan Provinsi Papua Barat. Kabupaten Fakfak berdekatan dengan beberapa kabupaten seperti Kabupaten Kaimana, Kabupaten Teluk Bintuni dan Kabupaten Sorong. Namun sebenarnya nama Kabupaten sekaligus Kota Fakfak berada di Provinsi Papua Barat bahkan termasuk Kota paling tua di Papua yang memiliki suku-suku dan adat istiadat yang dipertahankan.

Kabupaten Fakfak sendiri dikenal dengan sebutan atau julukan Kota Pala karena wilayah ini terkenal sebagai penghasil buah pala merupakan komoditas utama yang dijual dari daerah ini. Masyarakat Kabupaten Fakfak memiliki semboyan "SATU TUNGKU TIGA BATU" yang mencerminkan bahwa masyarakat Kabupaten ini sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan. Satu tungku tiga batu mengandung arti 'tiga posisi penting' dalam keberagaman dan kekerabatan etnis di Fakfak. Satu tungku tiga batu artinya tungku tersusun atas tiga batu berukuran sama. Bahwa ketiga batu itu dilambangkan sebagai tiga agama yang sama kuat dan menjadi kesatuan yang seimbang untuk menopang kehidupan dalam keluarga.

Kabupaten Fakfak salah satu Kabupaten yang menyimpan begitu banyak potensi keindahan alam dan budaya serta sejarah di Tanah Papua. Tidak hanya itu saja potensi budaya dan sejarah yang di miliki Kabupaten Fakfak pun sangat beragam dan begitu menarik. Ada banyak tempat menarik yang ditawarkan Kabupaten Fakfak. Salah satunya tempat peninggalan sejarah perang hongi (perang suku) terkait tulang belulang dan kerangka tengkorak. Tulang belulang dan kerangka tengkorak tersebut terletak di Tebing karang yang curam di Kepulauan Arguni, Fakfak Papua Barat. Kepulauan Arguni adalah salah satu Pulau Indah di Kabupaten Fakfak. 

Waktu tempuh yang dibutuhkan dari pusat Kota Fakfak menuju Distrik Kokas kurang lebih sekitar 1,5jam-2jam menggunakan Transportasi darat seperti mobil ataupun motor. Kemudian perjalanan dilanjutkan dari Distrik Kokas menuju Kepulauan Arguni dimana tempat tulang belulang dan tengkorak tersebut berada. Waktu tempuh yang dibutuhkan sekitar kurang lebih 45menit-60menit menggunakan Transportasi laut seperti perahu (long boat atau speed boat).

Kerangka tengkorak dan tulang belulang ini dipercaya merupakan kerangka leluhur atau nenek moyang masyarakat setempat. Pada Zaman dahulu masyarakat memiliki kebiasaan meletakkan jasad leluhur yang meninggal ditebing batu, gua, tanjung ataupun di bawah pohon besar yang dianggap sakral. Tak hanya itu saja ternyata ada sejarah atau cerita tersendiri terkait dengan tulang belulang dan kerangka tengkorak. 




Bapak Haji Husein Saiyof tetua di Kepulauan Arguni Fakfak, Papua Barat mengatakan sekitar ratusan tahun yang lalu, tebing tersebut merupakan wilayah tanjung pasir putih yang banyak dihuni oleh masyarakat setempat dan rumah-rumah didirikan di tepi pantai hingga ke teluk.

Namun saat itu terjadilah hongi-hongi atau disebut dengan perang suku. Saat lelaki dewasa kampung sedang keluar, datanglah pasukan yang menyerbu dari kampung sebelah. Pada akhirnya semua penghuni kampung yang terdiri dari perempuan dewasa dan anak-anak tersebut tewas dibantai. Saat itu ada beberapa yang menyelamatkan diri dan memberitahu kepada para suami yang sedang di luar kampung tersebut. Tapi sayangnya semua sudah terlambat. Istri dan anak-anak mereka tewas dan mayatnya diletakkan begitu saja di bagian tebing-tebing. Kebanyakan kerangka tengkorak dan tulang belulang di Kepulauan Arguni adalah perempuan dewasa dan anak-anak. Selain tulang belulang dan kerangka tengkorak ada juga serpihan perahu yang menjadi peninggalan sejarah perang hongi. Perahu tersebut digunakan sebagai alat transportasi saat perang hongi terjadi.

Ketika Belanda datang, mereka menyarankan agar kerangka tengkorak dan tulang belulang yang ada di tebing dikuburkan secara layak. Namun, Masyarakat setempat menolak karena masih mengikuti pesan atau tradisi dari pendahulu mereka yaitu melarang menyentuh dan mengubah struktur tulang-tulang tersebut. Sampai saat ini tulang belulang dan kerangka tengkorak bisa dijumpai pada tebing tebing curam Kepulauan Arguni. Tulang belulang dan kerangka tengkorak tersebut sangat banyak awalnya. Karena kurang pengawasan ada beberapa warga asing yang datang mengambilnya untuk dijadikan penelitian. Jadi tulang belulang dan kerangka tengkorak tersebut hanya tersisa beberapa.

Jika ingin melihat secara lebih jelas. Mungkin bisa dengan memanjat ke tebing. Tetapi tidak untuk merusak atau tidak untuk mengambil bahkan tidak untuk memindahkan tulang belulang dan kerangka tengkorak. Sebelum melakukan memanjat ke tebing sebaiknya meminta izin terlebih dahulu kepada tetua kampung setempat. Untuk memanjat ke tebing tersebut tidaklah mudah karena aura mistis masih terasa. Saya membuktikannya secara langsung untuk panjat karena rasa penasaran saya. Akhirnya saya merasakan aura mistis terjadi. Sebelum masuk terasa merinding bulu kuduk, serasa ada yang mengawasi dan banyak orang berbicara di telinga saya. Padahal yang berada di tempat tersebut hanya saya sendiri. Mungkin dengan kehadiran saya, mereka merasa terusik karena kami beda alam. Walaupun saya tidak melihat mereka tetapi mereka bisa melihat saya. Saya pun berbicara bicara di tempat tersebut dengan bahasa saya sendiri dan meminta maaf dan meminta izin permisi hanya untuk melihat dan memfoto saja. Setelah saya turun dari tebing sebelum meninggalkan tempat tersebut. Saya pun langsung bercerita kepada Bapak Haji Husein Saiyof selaku tetua Kepulauan Arguni kejadian yang saya alami saat memanjat dan berada di tebing. Akhirnya beliau berbicara dengan bahasa adat untuk menjelaskan kedatangan dan meminta izin.

Inilah salah satu cerita dan aset peninggalan sejarah yang dapat kita saksikan hingga saat ini. Jangan lah merusaknya. Marilah menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah agar anak cucu mengetahui kejadian tersebut dan bisa mengambil hikmah pengalaman dari masa lalu.

NARASUMBER : Bapak Haji Husein Saiyof selaku Tetua di Kepulauan Arguni.

Jumat, 16 Agustus 2019

KEINDAHAN INDONESIA TIMUR DI FAKFAK, PAPUA BARAT

INDONESIA, Negeri yang benar benar tidak pernah kehabisan tempat tempat indah nan cantik. Keindahannya tidak bisa dibantahkan.

Apa yang langsung terlintas ketika kita menyebut atau mendengar Wilayah Papua? Gugusan pulau-pulau cantik, tebing menjulang dan laut berwarna biru jernih kemudian kita langsung terfikir dan sepakat bahwa Papua adalah Raja Ampat. Tapi jangan terburu-buru untuk menyimpulkan ya teman teman. Mungkin banyak yang berfikir Papua itu Raja Ampat. Papua itu terbagi 2 yaitu Papua dan Papua Barat. Bukan hanya Raja Ampat saja yang memiliki keindahan alam. Semua Papua memiliki keindahan alam. Tidak salah kalau Papua disebut Surga kecil turun ke bumi. Teman teman juga harus tau keindahan Papua Barat yaitu FAKFAK.

Nama Fakfak memang masih sangat asing di peta destinasi wisata. Fakfak merupakan wilayah yang kurang familiar bagi banyak orang. Fakfak adalah sebuah kota kecil yang berada di Pesisir Selatan Papua Barat. Kota ini dikelilingi dengan Bukit, Tanjung dan Laut yang bergabung jadi satu menghasilkan pemandangan menakjubkan. Namun sebenarnya nama Kabupaten sekaligus Kota Fakfak berada di Provinsi Papua Barat dan bahkan termasuk Kota paling tua di Papua.

Kabupaten Fakfak salah satu kabupaten yang menyimpan begitu banyak potensi keindahan alam dan budaya serta sejarah di Tanah Papua. Kabupaten Fakfak sendiri dikenal dengan sebutan atau julukan Kota Pala karena wilayah ini terkenal sebagai penghasil buah pala menjadi komoditas utama yang dijual dari daerah ini.

Masyarakat Kabupaten Fakfak memiliki semboyan "SATU TUNGKU TIGA BATU" yang mencerminkan bahwa masyarakat Kabupaten ini sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan.
Landmark "SATU TUNGKU TIGA BATU"

Satu tungku tiga batu mengandung arti 'tiga posisi penting' dalam keberagaman dan kekerabatan etnis di Fakfak. Satu tungku tiga batu artinya tungku tersusun atas tiga batu berukuran sama. Bahwa ketiga batu itu dilambangkan sebagai tiga agama yang sama kuat dan menjadi kesatuan yang seimbang untuk menopang kehidupan dalam keluarga. Tiga agama ini yaitu Islam, Protestan dan Katolik.

PESONA KEINDAHAN ALAM FAKFAK

Ada banyak tempat menarik yang ditawarkan Kabupaten Fakfak. Teman teman dapat menikmati pemandangan alam yang pastinya akan meninggalkan kesan dan pengalaman tersendiri yang tidak dapat dilupakan.

Potensi keindahan alam yang dimiliki tersebar mulai dari keindahan alam bawah laut, keindahan hutan, pegunungan dan lembah di alam Papua yang dapat dinikmati oleh teman teman. Tidak hanya itu saja potensi budaya dan sejarah yang dimiliki Kabupaten Fakfak pun sangat beragam dan begitu menarik. Kabupaten Fakfak memiliki banyak sejarah peninggalan zaman penjajahan Belanda dan Jepang pada saat masa perang dunia.

BEBERAPA KEINDAHAN ALAM FAKFAK YANG PERNAH SAYA NIKMATI DAN DAPAT DINIKMATI OLEH SEMUA ORANG :

1. PANTAI PASIR PUTIH FAKFAK

Pantai Pasir Putih merupakan salah satu tempat wisata favorit yang sering sekali di kunjungi oleh masyarakat Fakfak ataupun warga sekitar untuk mengisi akhir pekan (hari libur). Jangka waktu tempuh yang dibutuhkan menuju Pantai Pasir Putih dari Pusat Kota Fakfak sekitar kurang lebih 30-45menit menggunakan transportasi darat. Pantai Pasir Putih merupakan pantai wisata yang bersih. Pantai berpasir putih halus dengan air laut biru jernih. Meskipun selalu ramai dikunjungi banyak orang, kebersihan pantai ini selalu terjaga. Ombak di pantai ini juga tidak terlalu besar, teman teman pun bebas bermain di pinggir pantai. Bahkan bisa berenang dengan asyiknya di laut tanpa harus takut terbawa arus.




2. PANTAI WAMBAR

Pantai Wambar terletak di Kampung Wambar Timur Distrik Fakfak Timur Provinsi Papua Barat. Jangka waktu tempuh yang dibutuhkan menuju Pantai Wambar dari Pusat Kota Fakfak mengunakan transportasi darat sekitar kurang lebih 1,5-2 jam. Pantai ini memiliki pesona keindahan alam. Hamparan pasir pantai yang berwarna putih dengan air laut yang berwarna biru jernih. Sederetan pohon kelapa juga turut menghiasi pinggir pantai. Bagi orang yang pernah kesini, pantai ini menjadi primadona dari semua pantai yang pernah dikunjungi. Eksosistem di sekitar kawasan pantai masih asri dan terjaga. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya burung yang beterbangan di sekitar kawasan pantai. Benar benar membuat siapa saja yang melihatnya merasa takjub.





3. AIR TERJUN SAKARTEMEN (MARETRET WATERFALL)

Air terjun ini terletak di Kampung Sakartemin, Distrik Fakfak Tengah Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat. Waktu tempuh yang dibutuhkan untuk mencapai Desa Sakartemin dari Pusat Kota Fakfak kurang lebih sekitar 45-60menit. Sedangkan untuk menuju lokasi Air terjun Maretret dibutuhkan waktu 2-3jam. Perjalanan menyusuri hutan dan aliran sungai. Selama perjalanan teman teman akan menikmati pemandangan aliran sungai beserta dinding tebing batu. Selain itu, teman teman dapat melihat kebun Pala serta pemandangan hutan tropis Papua dengan diiringi suara kicauan burung yang dapat teman teman nikmati selama perjalanan. Air terjun ini merupakan salah satu keindahan yang dimiliki oleh Kabupaten Fakfak selain Laut dan Pantai. Mungkin belum banyak masyarakat fakfak atau wisatawan domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke Air terjun ini. Bagi kalian yang ingin berkunjung atau lagi berkunjung ke Kabupaten Fakfak, jangan lupa untuk datang ke Air terjun Maretret. Dijamin keren pemandangannya.







4. KALI UBADARI

Kali Ubadari ini terletak di Kampung Kayauni, Distrik Kramomongga Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat. Waktu tempuh yang dibutuhkan untuk menuju Kali Ubadari dari Pusat Kota Kabupaten Fak-Fak kurang lebih sekitar 1-1,5jam. Kali Ubadari memiliki pemandangan tersendiri yang dapat teman teman nikmati berupa aliran air yang mengalir seperti anak tangga. Air yang begitu tenang dan dingin saat teman teman mencoba sejenak sekedar berendam, menyegarkan badan ataupun berenang (mandi mandi).


5. MASJID TUA WERTUAR PATIMBURAK
Selain wisata alam dan sejarah, wisata religi pun bisa dilakukan selama di Fakfak dengan menyambangi sebuah Masjid.
Masjid Patimburak merupakan sebuah Masjid tua bersejarah. Mesjid ini terletak di Distrik Kokas Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat. Waktu tempuh yang dibutuhkan dari Pusat Kota Fakfak menuju Distrik Kokas kurang lebih sekitar 1-2jam dengan menggunakan transportasi darat. Kemudian untuk menuju Masjid Tua Wertuar Patimburak perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan transportasi laut (speed boat) dibutuhkan waktu tempuh sekitar 30-45menit. Masjid ini merupakan salah satu peninggalan sejarah Islam di Papua dan menjadi salah satu pusat agama Islam di Kabupaten Fakfak. Masyarakat setempat mengenal masjid ini sebagai Masjid Tua Wertuar Patimburak. Menurut catatan sejarah, masjid ini telah berdiri lebih dari 200 tahun yang lalu, bahkan merupakan masjid tertua di Papua. Masjid Tua Wertuar Patimburak di bangun pada tahun 1870. Teman teman dapat melihat keunikan arsitektur bangunanya. Masjid ini dibangun dengan bangunan yang memadukan antara Masjid dan Gereja.


6. CAP TANGAN TEBING (TAPURARANG)

Merupakan salah satu peninggalan prasejarah situs kuno terkenal yang menyajikan keindahan lukisan di tebing bebatuan terjal berupa telapak tangan. Di tempat ini ditemukan berbagai cap tangan berwarna merah yang terlukis pada dinding-dinding batu di tebing dan gua yang terletak di pinggir laut. Objek wisata arkeologi ini dikenal sebagai situs purbakala atau masyarakat setempat biasa menyebut dengan nama Tapurarang. Karena warna merah pada lukisan cap tangan di tebing tersebut menyerupai warna darah manusia, masyarakat setempat juga sering menyebut Tapurarang sebagai lukisan cap tangan darah. Di lokasi lukisan tebing ini, teman teman juga bisa melihat kerangka-kerangka tulang manusia yang dipercaya sebagai kerangka leluhur atau nenek moyang. Situs purbakala ini terletak di Distrik Arguni Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat.









7. MERIAM TOKYO MARUSEKO 
Sebuah meriam peninggalan Jepang dengan tulisan “Tokyo Maruseko” dipasang di tepi pantai seolah menjadi simbol, selamat datang di Kokas. Meriam tokyo maruseko salah satu peninggalan perang pasifik milik Jepang. Dari tempat ini kita bisa melihat pemandangan laut dan perkampungan di Distrik Kokas. Inilah saksi sejarah perang dunia ke dua saat pendudukan Jepang di Indonesia. Meriam Tokyo Maruseko
terletak di Distrik Kokas Kabupaten Fakfak Provinsi Kabupaten Fakfak. Waktu tempuh yang dibutuhkan dari Pusat Kota Fakfak menuju Distrik Kokas kurang lebih sekitar 1-2jam menggunakan transportasi darat.


8. GOA WERPIGAN
Goa Werpigan terletak di Provinsi Papua Barat Kabupaten Fakfak Distrik Wartutin Kampung Werpigan tepat nya dipinggir jalan namun tidak nampak karena tertutup ilalang. Sepintas terlihat hanya tebing kosong. Jarak tempuh dari pusat kota Fakfak menuju Kampung Werpigan sekitar -+ 45 menit menggunakan transportasi darat (motor/mobil). Untuk memasuki Goa Werpigan tidak boleh sembarangan harus meminta izin terlebih dahulu kepada Bapak Kepala Kampung Werpigan setelah mendapatkan izin kemudian menemui Bapak Amirudin (Warga setempat) untuk mengantarkan kedalam Goa tersebut. Bapak Amirudin mengatakan bahwa "Perempuan dan anak kecil tidak bisa masuk karena selama ini belum ada perempuan dan anak kecil masuk kwatir hal mistis". Sebelum masuk ke dalam goa warga yang mengantarkan membuat ritual atau pamali pamali agar terhindar dari hal hal yang tidak diinginkan. Terimakasih untuk Bapak Bapak Kampung Werpigan yang sudah mengantarkan kami.






9. PELABUHAN FAKFAK (TERMINAL PENUMPANG NDARI PIHEBIHE)



10. KANTOR DEWAN ADAT MBAHAM MATTA KABUPATEN FAKFAK




Semoga artikel ini sedikit banyak dapat bermanfaat atau menjadi gambaran bagi teman teman jika ingin berkunjung ke Fakfak, Papua Barat.

Rabu, 21 November 2018

PENDAKIAN GUNUNG PRAU 2.565 MDPL

Awal nya kami tidak yakin bisa membawa Afnan untuk pendakian kedua nya. Keyakinan ku tidak seperti pendakian pertama Afnan. Karena aku, suami dan tante nya Afnan tidak mengetahui jalur pendakian Gunung Prau 2565mdpl. Baru pertama kali nya kami pendakian ke Gunung Prau dan Gunung Prau memiliki suhu dingin bisa mencapai minus (-°). Bahkan suami harus menjaga 2 wanita dan 1 balita. Itulah yang membuat aku tidak yakin. 

Perjalanan kami dari Semarang menuju Wonosobo menggunakan Bis. Sesampai nya di Wonosobo kami langsung menuju basecamp Gunung Prau untuk beristirahat. Disana kami bertemu pasangan suami istri baru turun pendakian. Kami sempat berbincang bincang sesama pendaki. Sempat mereka melontarkan kata kata :"Adik kecil nya tidak usah dibawa dititipkan saja karena jalur pendakian debu dan suhu nya di atas lagi minus loh". Kami pun menjawab dengan senyuman saja. Setelah istirahat, sholat dan makan siang. 

Kami lanjutkan perjalanan kami ke pos pendaftaran Gunung Prau. Pendakian pun dimulai. Jalur pendakian yang kami lewati berdebu. Setiap pos kami berhenti untuk beristirahat. Setiap kami berhenti untuk istirahat selalu saja masyarakat setempat ataupun pendaki lain menyuruh kami menitipkan Afnan agar kami tidak membawa Afnan pendakian. Kami tidak akan meninggalkan Afnan dengan orang lain bukan berarti kami egois. Kami tetap membawa Afnan pendakian. Prinsip kami tidak berubah sama seperti pendakian pertama Afnan. Kami tidak memaksakan dan mentargetkan puncak, karena kami akan selalu melihat kondisi Afnan. 

Selama perjalanan Afnan masih tetap nyaman, menikmati perjalanan, tidak rewel dan tidak ada tanda tanda bosan ataupun kedinginan sama seperti pendakian pertama. Setiap beberapa jam sekali aku selalu mengecek suhu tubuhnya. Saat pukul 18.00 kami belum menemukan untuk mendirikan tenda. Dan kami masih tetap berjalan. Beberapa langkah kemudian ternyata sudah sampai puncak dimana banyak pendaki yang mendirikan tenda. Karena sudah malam jadi kami tidak mengetahui kalau itu puncak dan kami baru mengetahui keesokan pagi hari nya. Malam itu kekwatiran ku muncul karena angin kencang. Suhu udara di Gunung Prau pun mencapai minus (-°). Aku takut Afnan kedinginan, gelisah, rewel dan tidak nyaman. Malam itu benar benar terjadi Afnan kedinginan, gelisah bahkan tidak nyaman. Kami berusaha tenang menyelimuti mu double pakai sleeping bag. Aku pun dalam tenda membaca Al Quran (Surat Yasin) agar kamu tenang tidak gelisah lagi. Setelah aku selesai membaca Al Quran. Akhirnya kamu pun tidak gelisah lagi tidur pulas sampai pagi. Pagi nya kamu merasa senang menikmati suasana pengunungan yang dingin sejuk dan melihat matahari terbit. Alhamdulillah Allah SWT mempermudah dan lancarkan pendakian kedua Afnan. Akhirnya Afnan menyelesaikan pendakian kedua nya di Puncak Gunung Prau 2565mdpl di usia 13 bulan setelah sebelumnya Gunung Ungaran 2050mdpl di usia 11 bulan. Terimakasih Allah SWT atas segalanya. Niat baik selalu ada jalan.
- 18 Oktober 2015 -